Seminar Kemajuan Teknologi Kreator Era AI di Sumbar Hadapi Tantangan dan Peluanng Kreativitas

Peserta seminar mengikuti kegiatan Seminar Kemajuan Teknologi Kreator Era Artificial Intelligence.
SIGAPNEWS.CO.ID | PADANG - Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan buatan cabang ilmu komputer yang berfokus kepada pengembangan sistem yang dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Sehingga dapat mempermudah manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya dalam bidang seni dan kepenulisan.
Pasalnya saat ini, telah banyak karya yang dikembangkan menggunakan teknologi ini. Sekalipun banyak pula yang menyalahgunakan, tetapi ditangan yang tepat, ia adalah busur yang dapat melesatkan anak panahnya.
Hal inilah yang disampaikan dua pembicara yakni praktisi hukum budayawan, Muhammad Ishak Fahmi, dan dosen Universitas Negeri Padang (UNP) Leni Marlina.
Muhammad Ishak menyampaikan, ada tiga hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam berkarya di era AI yakni moral, etika dan hukum.
"Karya adalah satu hasil dari sebuah kkreativitas manusia. Maka penting untuk mendaftarkan karya kita agar terhindar dari plagiat. Jangan sampai kita yang berjuang, orang yang menikmati. Siapa saja bisa berkarya di era artificial intelligence ini. Pertanyaannya mau atau tidak kita menggunakan alat AI untuk mempercepat kerja kita atau kita tetap mempertahankan pola konvesional," katanya, Senin (7/10/2024).
Lebih lanjut disebutkan, pengkarya seni, budaya, ekonomi, dan lain lain boleh menggunakan AI, tapi harus memegang tiga pakem tersebut.
"Kita harus jujur dan tidak memicu konflik SARA. Mau pakai jalan tol atau jalan biasa untuk berkarya," ujarnya pada peserta.
Leni Marlina juga menuturkan, guna memperkuat dan menceritakan pengalamannya mengajar sastra yang berkaitan dengan AI.
"Jika kita harus cerdas memanfaatkan AI, bukan hanya mempercepat kerja kreatifif kita tetapi juga bisa memperluas jaringan karya. Dimana pun di dunia ini bisa membaca karya tulisan kita ketika kita memanfaatkan AI. Dulu mahasiswa jika disuruh bikin puisi dua minggu nggak kelar- kelar tapi setelah ada AI lebih cepat. Karena bisaa menginspirasi. Namun jujur apakah AI merusak menulis puisi. Karena semua terpulang pada kita, sama seperti menggunakan pisau, sederhana saja contohnya. Akan merusak atau membantu," imbuhnya.
Seminar yang dirancang dua jam itu baru berakhir tiga jam kemudian dihadiri tokoh dari LKAAM, Forum Siti Manggopoh, SATUPENA Sumbar, Anggota Forum KEAI, mahasiswa Unand dan UNP, guru-guru penulis, sastrawan, wartawan, dan Vice President VILTA Australia dengan jumlah hampir 100 orang secara hybrid dengan rincian, 59 orang online dan 40 orang offline, digelar di Balai Pelestarian Kebudayasan wilayah III Sumbar, dengan tema Kemajuan Teknologi Kreator Era Artificial Intelligence(AI) di Sumatera Barat, Hadapi Tantangan dan Peluang Kreativitas.
Ketua panitia Mutiara Talenta, merasa sangat puas dengan acara yang dikemas untuk pertamakali ini.
"Ternyata cukup banyak peminatnya. Ke depan akan kita tindak lanjuti beberapa kesimpulan seminar ini agar AI memang betul-betul dipahami dan dijaga nilai- nilai budaya Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kita Buloh (ABS SBK)," ujarnya.
Koordinator Forum Kreator Era AI Sumbar, Sastri Bakry, membenarkan dan langsung gerak cepat berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Budaya.
"Alhamdulillah respon positif Undri selaku kepala BPK sangat membantu kegiatan ini. Kita bisa lakukan kajian melibatkan peneliti, pakar hukum, ahli IT, budayawan dan LKAAM. AI Etika profesi kreator AI, mungkinkah ada aturan yang mengikat kita spesifik Sumbar," ucapnya.
Kegiatan yang difasilitasi oleh Kepala BPK RI Wilayah III Sumbar, membuat para peserta tampak senang mengikutinya.(*)