Koruptor dan Penjarah Berjamaah: Dua Sisi dari Kegagalan Bangsa.

Sastri Bakry, ketua organisasi penulis SatuPena Sumatera Barat, pendiri Sumbar Talenta Indonesia, ketua IMLF, sastrawan, penulis, mantan birokrat, aktivis budaya dan penggiat literasi asal Padang.
SIGAPNEWS.CO.ID - Koruptor dan Penjarah Berjamaah: Dua Sisi dari Kegagalan Bangsa. Oleh : Sastri Bakry
Ketika saya mengirim tulisan ke media tentang kondisi kebangsaan kita yang berjudul "Menjarah: Simbol Kegagalan", ada dialog yang menarik soal demo di Sumbar. Seorang pimpinan koran terkemuka menyampaikan bahwa ada kelompok Anarko yang akan menunggangi para demonstran di Sumbar. Mereka menyusup dan memasok logistik. Selain itu mereka membayar demonstran. Mereka merusak perjuangan mahasiswa.
Kata anarko menjadi perhatian karena tak begitu familiar di telinga. Istilah yang cukup menarik. Saya sampai bertanya pada Artificial Intelligence. Anarko ternyata anarkisme. Sebuah ideologi politik yang menolak otoritas dan struktur hierarkis dalam masyarakat. Anarko percaya bahwa masyarakat dapat berfungsi dengan baik tanpa adanya pemerintahan. Bahkan struktur kekuasaan yang sentral. Anarkisme memiliki berbagai bentuk dan interpretasi, tetapi pada umumnya, anarko percaya pada kebebasan individu, otonomi komunitas, pengambilan keputusan secara kolektif. Anarkisme dapat dihubungkan dengan berbagai gerakan sosial dan politik, seperti anti-globalisasi, lingkungan, dan hak asasi manusia. Dia bisa menjadi perusak.
Bgd Ishak Fahmi, pengacara dan penulis menyebut kondisi parah ini karena ada yang menunggangi, ada yang menggunting dalam lipatan. Memanfaatkan momen perjuangan mahasiswa dan lapisan masyarakat lainnya demi kepentingan pribadinya. Bahkan merusak citra perjuangan itu sendiri.
Dari komentar dua sahabat itu, tiba- tiba ada rasa cemas di hati, dari penjarahan di Jakarta, bisa- bisa meluas juga di Padang sebagai mana kota lain. Bakar- bakaran dan brutal. Konon penyebab nya adalah karena adanya penyusup itu. Polisi sekarang sedang menyelidikinya.
Sekecil apapun informasi tentang penyusup kita memang harus waspada. Karena itu saya langsung mengirim informasi tersebut ke Muhidi, ketua DPRD Sumbar. Saya yakin ketua DPRD akan segera berkoordinasi dengan Kapolda. Polisi intensif memantau, melindungi, dan mengawasi agar demo di Sumbar tertib dan Sumbar terpantau aman. Saya yakin Muhidi akan peduli, segera mengambil tindakan preventif yang "badunsanak". Demo sebelumnya ketua DPRD Muhidi terpantau turun langsung menemui para demonstran. Mereka bercengkrama, berdialog. Melepas sumbat yang menyumbat selama ini.
Jika masih ada yang menunggangi maka tugas Intel memetakan risiko. Polisi, mengawal dan melindungi dengan cermat agar nanti polisi tidak berhadap-hadapan dengan rakyat karena salah tangkap dan salah tembak. Orang yang betul-betul salah, layak dihukum, kadang polisi di lapangan kecakapan literasinya kurang. Sehingga bisa asal menembak, asal menangkap sebagai mana kejadian yang terjadi sebelumnya.
Menjarah, sebuah tindakan yang tidak hanya merusak harta benda, tetapi juga menghancurkan tatanan sosial dan moral masyarakat. Di tengah kemarahan rakyat terhadap ketidakadilan dan korupsi, sekelompok orang memanfaatkan kesempatan untuk menunggangi kekacauan dan memperburuk keadaan.
Koruptor yang marah karena dikejar-kejar hukum. PKI yang mulai mengadu domba seperti yang terjadi di beberapa daerah. Ada juga kelompok-kelompok lain yang memanfaatkan kesempatan untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Rakyat, yang seharusnya menjadi prioritas, justru menjadi korban dari kekacauan ini. Mereka tidak tahu banyak tentang isu-isu tersebut, namun bersatu hanya untuk menyuarakan ketidakadilan dan korupsi.
Karena menjarah bukan hanya tentang mengambil harta benda orang lain, tetapi juga tentang menghancurkan kepercayaan dan harapan masyarakat. Rakyat kehilangan kepercayaan pada pemerintah dan lembaga pelindungnya, sehingga kestabilan bangsa terancam.
Kita harus waspada terhadap upaya-upaya untuk memanfaatkan kekacauan dan memperburuk keadaan. Kita harus memastikan bahwa keadilan dan kebenaran ditegakkan, dan bahwa rakyat tidak menjadi korban dari permainan politik dan kekuasaan.
Aparat mestinya memainkan perannya untuk melindungi rakyat. Segala perangkat intelijen, informasi, perangkat infrastruktur dan pendukung lainnya ada di pemerintah tetapi kenapa penjarahan luar biasa bisa terjadi? . Banyak yang menduga ada pengkhianat di dalamnya. Sebagian menduga di luar struktur ada yang mencoba mengacau negara ini. Termasuk para koruptor kelas kakap yang belum tertangkap.
Mari kita bangun kembali kepercayaan dan harapan masyarakat, dengan memastikan bahwa keadilan dan kebenaran ditegakkan, dan bahwa rakyat menjadi prioritas utama. Tuntutan masyarakat mesti didengarkan. Seperti mengganti para pejabat yang korup, mensahkan undang- undang perampasan aset dan lainnya. Dengan demikian, kita dapat menciptakan bangsa yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat. Tanggung jawab pemimpin sesungguhnya sesuai amanah undang- undang dasar 1945. (*)
Editor :Andry