Ketua DPW LDII Sumbar: Puasa sebagai Sarana Mawas Diri untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Ketua DPW LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Sumatera Barat, H. Muchfiandi.
SIGAPNEWS.CO.ID | PADANG - Ketua DPW LDII Sumatera Barat, H. Muchfiandi, yang juga pimpinan Media Sigapnews.co.id Sumbar (sumbar.sigapnews.co.id), menekankan pentingnya menjadikan puasa sebagai momentum untuk mawas diri dan introspeksi, agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Menurutnya, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sebuah latihan spiritual yang membentuk kesadaran diri dalam berbagai aspek kehidupan, baik secara individu maupun sosial.
H. Muchfiandi menjelaskan bahwa dalam menjalankan ibadah puasa, umat Islam diajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun pikiran. Hal ini sejalan dengan konsep mawas diri, di mana seseorang harus mampu menilai dan mengoreksi kesalahan serta kekurangannya sendiri.
"Saat kita berpuasa, kita belajar mengendalikan emosi, menahan amarah, menjaga lisan, serta mengontrol perilaku. Jika ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih sabar, bijak, dan bertanggung jawab," ujarnya.
Ketua DPW LDII Sumbar H. Muchfiandi memaparkan tiga hikmah dari bulan suci Ramadhan diantaranya:
1. Refleksi Diri untuk Perbaikan Karakter
Selain itu, H. Muchfiandi menekankan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri. Setiap orang sebaiknya merenungkan sejauh mana ibadah dan amal perbuatannya selama ini, serta memperbaiki apa yang masih kurang.
"Kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya? Apakah kita sudah cukup peduli dengan sesama? Apakah kita sudah berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa? Semua pertanyaan ini penting untuk dijawab agar kita bisa terus berkembang," tambahnya.
2. Membangun Kebiasaan Baik untuk Masa Depan
Puasa juga mengajarkan kedisiplinan dan kebiasaan baik yang seharusnya tidak hanya diterapkan selama Ramadan, tetapi juga setelahnya. Menurut H. Muchfiandi, seseorang yang berhasil menjalani puasa dengan baik seharusnya memiliki semangat untuk melanjutkan kebiasaan positif, seperti menjaga ibadah, berbuat baik kepada sesama, dan hidup lebih sehat.
"Jangan sampai setelah Ramadan, kebiasaan baik yang kita bangun hilang begitu saja. Mawas diri harus menjadi budaya dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita bisa terus memperbaiki diri dan memberikan manfaat bagi orang lain," tegasnya.
3. Puasa sebagai Jalan Menuju Indonesia Emas 2045
Lebih lanjut, H. Muchfiandi mengaitkan pentingnya mawas diri dengan visi besar Indonesia Emas 2045. Menurutnya, jika masyarakat mampu membentuk karakter yang lebih disiplin, jujur, dan berakhlak mulia melalui latihan spiritual seperti puasa, maka bangsa ini akan lebih siap menghadapi tantangan global di masa depan.
"Negara yang maju adalah negara yang rakyatnya memiliki karakter kuat, disiplin, dan penuh integritas. Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk membangun karakter tersebut dari dalam diri sendiri," jelasnya.
Dengan demikian, puasa bukan hanya ibadah wajib, tetapi juga sarana efektif untuk mawas diri dan membangun pribadi yang lebih baik. H. Muchfiandi mengajak seluruh umat Islam, khususnya warga LDII, untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan yang nyata dengan terus mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah dipelajari selama berpuasa.
"Mari kita jadikan puasa sebagai latihan mawas diri yang membawa perubahan positif dalam kehidupan kita. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa," tutupnya.
Editor :Andry