Dinas Kesehatan Dharmasraya Upayakan Pencegahan Kasus HIV yang Mulai Meningkat

Yosta Devina.
SIGAPNEWS.CO.ID | DHARMASRAYA -- Kasus HIV di Kabupaten Dharmasraya terus menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Dharmasraya, hingga Oktober 2024 tercatat 44 pasien positif HIV menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV). Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2023, terdapat 33 pasien positif HIV. Sepanjang tahun itu, tambahan tiga kasus baru terkonfirmasi, sehingga total menjadi 36 pasien. Memasuki 2024, delapan kasus baru kembali ditemukan, menjadikan total kasus HIV positif di Dharmasraya mencapai 44 pasien.
Upaya Pencegahan dan Deteksi Dini
Menghadapi situasi ini, Dinas Kesehatan Dharmasraya menggencarkan berbagai langkah pencegahan. Yosta Devina selaku Plt Kepala dinasnya menyatakan, akan terus berupaya melakukan edukasi melalui penyuluhan kepada masyarakat di seluruh wilayah kerja puskesmas.
“Penyuluhan ini bertujuan meningkatkan pemahaman tentang HIV dan cara pencegahannya," katanya.
Selain itu, pemeriksaan dini dengan rapid test HIV menjadi prioritas, khususnya bagi ibu hamil dan populasi kunci. Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi dini risiko penularan sekaligus mencegah penyebaran virus lebih luas.
Pengobatan Sepanjang Hayat dengan ARV
Bagi pasien yang telah terkonfirmasi reaktif HIV, pengobatan ARV wajib dilakukan. ARV adalah terapi yang membantu menekan jumlah virus dalam tubuh, sehingga memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Pasien HIV harus menjalani pengobatan ARV seumur hidupnya. Pada enam bulan pertama pengobatan, kami akan memantau keberhasilan terapi dengan pemeriksaan viral load (VL) untuk memastikan jumlah virus dalam darah berhasil ditekan. Setelah itu, pemeriksaan VL akan dilakukan secara rutin setahun sekali,” jelas Yosta.
Pentingnya pengobatan ARV tidak hanya untuk menjaga kesehatan pasien, tetapi juga untuk mencegah penularan virus ke orang lain. Dengan viral load yang terkontrol hingga tidak terdeteksi, risiko penularan melalui kontak darah atau cairan tubuh dapat diminimalkan.
Namun, Dinas Kesehatan tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi. Stigma sosial terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih menjadi hambatan besar dalam penanganan kasus ini. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak mendiskriminasi ODHA. Mereka membutuhkan dukungan, bukan penghakiman,” ujar Yosta lagi.
Selain itu, partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam memutus rantai penularan. Dinas Kesehatan berharap program penyuluhan dan pemeriksaan rutin dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini.
Tantangan dan Harapan ke Depan.
Dengan angka kasus yang terus meningkat, upaya yang lebih masif dan kolaboratif menjadi keharusan. Dinas Kesehatan Dharmasraya terus menggalakkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat, dunia pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Kasus HIV di Dharmasraya adalah pengingat betapa pentingnya langkah pencegahan, edukasi, dan pengobatan yang berkelanjutan. Dengan sinergi yang kuat, harapannya angka penularan dapat ditekan, dan kualitas hidup pasien HIV di Dharmasraya semakin meningkat.(*)
Editor :Andry