Tak Hanya Labuan Bajo, Yadi Mantan Staf Rico Alviano Angkat Bicara: “Saya Punya Bukti Lebih Banyak”

Rico Alviano (jas hijau) anggota DPRD Sumbar 2019-2024, anggota DPRD RI 2024-2029 fraksi FKB.
SIGAPNEWS.CO.ID | SAWAHLUNTO - Kisah ini bermula dua tahun sebelum Pemilu 2024. Saat itu, Rico Alviano (RA), anggota DPRD Sumbar, mulai membentuk tim sukses dengan merekrut sejumlah orang dari Sawahlunto. Ia menawarkan gaji bulanan antara Rp 2 hingga Rp 4 juta, meski tidak disertai kontrak kerja tertulis.
Sayangnya, gaji tersebut sering kali tidak dibayarkan tepat waktu. Seorang staf menyebut, gaji yang seharusnya diterima tanggal 22 kerap baru cair tanggal 10 bulan berikutnya.
Tim sukses yang dinamakan Sahabat Rico Alviano (SRA) pun terbentuk. Salah satu anggota paling menonjol adalah Yadi, pemuda dari Muaro Kalaban, Sawahlunto, yang dikenal sebagai mantan aktivis dan Ketua Gema Saba di kampusnya. Ia pernah menjadi staf Ketua DPRD Tanah Datar dan bahkan menciptakan sebuah aplikasi Android yang memuat informasi kegiatan RA serta data pemilih untuk Pemilu 2024.
Kehadiran Yadi membawa angin segar bagi Rico. Ia dianggap sebagai aset penting, kerap mendampingi RA dalam berbagai kegiatan politik dan tampil berpidato di depan publik.
Dalam rangka memperluas publikasi, Rico juga menggandeng Bara Oktrama, seorang tenaga honorer di Dinas Pemuda dan Olahraga Sawahlunto. Bara ditawari gaji Rp 3 juta per bulan untuk menjadi kameramen pribadi RA. Ia pun mengundurkan diri dari status honornya demi pekerjaan ini. Sayangnya, mendekati Pemilu, Bara diberhentikan. Nama dan status kepegawaiannya dihapus, menutup peluangnya menjadi ASN atau P3K.
Padahal, kualitas kerja Bara dinilai sangat baik. Video hasil editannya selalu mendapatkan respons positif di media sosial. Namun, menurut kabar, istrinya RA menganggap kinerja Bara kurang memuaskan.
Sementara itu, Rico juga menggandeng Hendra Idris, seorang jurnalis senior yang dijanjikan posisi Tenaga Ahli DPR RI jika RA lolos ke Senayan. Hendra bersama Yenspil Hendri alias Buk Yen, turun langsung ke masyarakat membentuk simpul-simpul dukungan politik.
Namun, menjelang pemilu, Yadi dan Bara tiba-tiba menghilang dari posko kampanye. Kabar menyebutkan, Bara dipulangkan, sedangkan Yadi dipecat karena diduga terlibat dalam permainan proyek pokir (pokok-pokok pikiran) RA. Dugaan ini belum pernah dikonfirmasi oleh RA maupun istrinya.
Meski tak lagi aktif, hubungan Yadi dan Hendra Idris tetap terjalin baik. Dalam suatu obrolan, Hendra bertanya pendapat Yadi soal kasus dugaan korupsi Labuan Bajo yang tengah ditangani Kejati Sumbar. Yadi menjawab mengejutkan—dia mengaku memiliki lebih banyak bukti terkait proyek-proyek pokir RA, termasuk proyek fiktif.
“Abang ada BB? Yadi punya lebih banyak BG. Tapi Yadi takut. Salut sama Abang yang berani. Bukti-bukti masih Yadi simpan, baru akan dikeluarkan kalau Yadi merasa terancam,” ungkapnya.
Yadi bahkan mengklaim memiliki informasi terbaru tentang keterlibatan RA di Komisi 12 DPR RI terkait penempatan pejabat di Pertamina. Ia sempat bergurau bahwa jika ada yang menawar Rp 1 miliar, ia akan mengirimkan flashdisk berisi data dan kabur ke luar negeri.
Belakangan beredar kabar bahwa Yadi kembali bekerja bersama RA di Jakarta setelah menyatakan dirinya kesulitan ekonomi. Menurut sumber, Yadi sempat mengancam akan membongkar data korupsi jika tidak diterima kembali. RA akhirnya mempekerjakan Yadi, tapi bukan sebagai staf DPR RI, melainkan untuk membantu anaknya merintis usaha iPhone dan gas.
Namun, setelah tiga bulan tanpa gaji, Yadi diduga membawa kabur motor, laptop, dan iPhone milik anak RA. Atas kejadian itu, RA dan istrinya mendatangi orang tua Yadi untuk meminta barang dikembalikan dan sempat mengancam akan melapor ke polisi. Namun, orang tua Yadi tidak menunjukkan ketakutan dan menyerahkan semua pada keputusan hukum.
Yadi, saat diminta keterangan, memilih diam dan kemudian memblokir kontak Hendra Idris. Ia menegaskan tak ingin mencari musuh, hanya ingin menjalani hidup dengan damai.
Hingga berita ini diturunkan, Rico Alviano belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan mantan stafnya tersebut. (HI)
Editor :Riki Abdillah