Dokumentasi Pelayangan Pulau Punjung Tempo Dulu, Menggugah Sejuta Kenangan

Foto Pelayangan Pulau Punjung tahun 1998 yang beredar di media sosial, kembali membangkitkan kenangan manis di hati masyarakat.
SIGAPNEWS.CO.ID | DHARMASRAYA - Beredarnya dokumentasi lama tentang Pelayangan Pulau Punjung tahun 1998 di media sosial, kembali membangkitkan kenangan manis di hati masyarakat. Potret masa lalu itu menggambarkan bagaimana Pelayangan pernah menjadi pusat denyut kehidupan masyarakat setempat.
Terletak di Jorong Pasar, Nagari IV Koto Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Pelayangan dahulu merupakan pelabuhan penting yang menjadi nadi perekonomian masyarakat. Di sanalah pasar tradisional berdiri, menjadi tempat bertemunya masyarakat dari berbagai penjuru.
Yong Indra, salah satu warga yang besar di sana, mengenang bahwa masyarakat dari Solok Selatan biasa menggunakan perahu kecil (disebut "tempek") untuk mencapai Pasar Pulau Punjung. Perjalanan melalui Sungai Batang Hari itu berakhir di dermaga Pelayangan, yang menjadi penghubung vital antara Solok Selatan dan Pulau Punjung.
"Pelayangan ini adalah pelabuhan utama bagi kami. Setiap hari Jumat dan Minggu, tempat ini dipenuhi oleh masyarakat Mudiak Air dari Solok Selatan yang datang untuk berbelanja kebutuhan pokok," ujar Rifdal, warga setempat, Kamis (22/5/2025).
Ia melanjutkan, dermaga ini bukan hanya menjadi tempat naik turun penumpang, tapi juga menjadi ruang interaksi sosial antar komunitas. Pada hari Minggu, suasananya begitu hidup, ramai dengan aktivitas jual beli dan pertemuan antarmasyarakat.
Selain itu, Desa Pelayangan juga memiliki titik penyeberangan penting yang menghubungkan Pulau Punjung dengan Sungai Dareh melalui kapal ponton.
Namun, kisah manis itu ternoda oleh peristiwa kelam. Pada tahun 1998, kebakaran besar melanda Pelayangan dan meluluhlantakkan hampir seluruh bangunannya. Hanya beberapa yang tersisa. Saat itu, Pulau Punjung masih menjadi bagian dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, sehingga bantuan pemadam kebakaran datang dari Sijunjung.
Kini, setelah lebih dari 30 tahun, dokumentasi lama yang tersebar kembali menghidupkan memori kolektif masyarakat. Pelayangan bukan sekadar tempat, tapi bagian dari sejarah yang melekat kuat dalam ingatan mereka yang pernah merasakan denyut kehidupan di sana. (*)
Editor :Riki Abdillah