PSI Gelar Pemilu Raya: Menyalakan Obor Demokrasi Baru di Indonesia

Nofria Atma Rizki, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah PSI Sumatera Barat.
SIGAPNEWS.CO.ID | PADANG — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali mencatat sejarah dalam panggung politik nasional melalui penyelenggaraan Pemilu Raya, sebuah terobosan demokrasi internal yang mengusung prinsip “satu anggota, satu suara” (one man, one vote), disertai sistem e-vote berbasis digital.
Langkah ini menjadi cerminan nyata dari cita-cita Presiden ke-7 RI Joko Widodo yang pernah menyuarakan perlunya lahir "partai super terbuka" di Indonesia — partai yang dimiliki oleh rakyat, bukan elite atau keluarga tertentu. PSI menjawab tantangan itu dengan menghadirkan sistem pemilihan ketua umum yang inklusif dan partisipatif, di mana setiap anggota partai memiliki hak suara yang setara.
“Pemilu Raya adalah komitmen PSI untuk menjadi partai modern yang transparan dan terbuka. Kami ingin membuktikan bahwa demokrasi sejati bisa dimulai dari internal partai,” ujar Nofria Atma Rizki, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah PSI Sumatera Barat, Selasa (17/5/2025).
Proses pemilihan yang akan berlangsung secara daring ini membuka peluang bagi siapa pun anggota PSI yang memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum. Syarat pencalonan adalah mendapat dukungan minimal dari lima DPW (tingkat provinsi) dan 20 DPD (tingkat kabupaten/kota).
Nofria menegaskan bahwa langkah ini juga merupakan bentuk adaptasi terhadap tuntutan zaman, terutama dari kalangan muda yang semakin kritis dan ingin terlibat langsung dalam proses politik.
“Generasi muda tidak hanya ingin menjadi pemilih, mereka ingin menjadi pengambil keputusan. Melalui Pemilu Raya, kami membuka jalan bagi partisipasi aktif mereka,” tambahnya.
Pengumuman ketua umum terpilih akan dilakukan dalam Kongres PSI yang dijadwalkan berlangsung di Kota Solo pada Juli 2025 mendatang. Tahapan pelaksanaan akan diumumkan secara berkala melalui kanal resmi PSI.
Langkah ini bukan hanya menjadi tonggak bagi PSI, tetapi juga pesan kuat kepada seluruh partai politik di Indonesia: bahwa transparansi, partisipasi, dan kesetaraan bukanlah utopia, melainkan keniscayaan.
“Kami ingin politik tidak lagi menjadi arena tertutup. PSI ingin menjadi rumah bersama, bukan hanya bagi kader, tetapi juga bagi masa depan demokrasi Indonesia,” tutup Nofria.
Dengan inisiatif ini, PSI tak sekadar memilih ketua umum, melainkan menegaskan arah baru politik nasional—politik yang lebih sehat, terbuka, dan dimiliki oleh semua rakyat.(*)
Editor :Riki Abdillah