DPD SatuPena Sumbar Gelar Seminar Internasional

Pembicara dalam seminar internasional menelusuri jejak penulis Yu Dafu, foto bersama dengan ketua DPD SatuPena Sumbar Sastri Bakry dan sekretaris DPD SatuPena Sumbar Armaidi Tanjung.
SIGAPNEWS.CO.ID | PADANG -- Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Penulis Indonesia (SatuPena) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), berkolaborasi dengan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) China dan Huanan University menyelenggarakan Seminar Internasional Menelusuri Jejak Penulis China Yu Dafu di Sumbar.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar jefrinal Arifin, mengapresiasi kegiatan tersebut. Dikatakannya, sastrawan China pernah berada di tanah Minang. Hal ini merupakan sejarah bagi Sumbar.
"Yu Dafu seorang sastrawan, dan ini menjadi wadah sastra. Nantinya akan dibangun monumen Yu Dafu, sehingga dengan adanya musium tersebut dapat menambah wawasan bagi generasi muda," katanya, saat membuka acara yang dilaksanakan di aula Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar, Jalan Samudra pada Senin (2/9/2024).
Ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Tiongkok, Prof.Yusuf Liu Boujun, mengatakan, kegiatan seminar internasional menelusuri jejak penulis China Yu Dafu, pertama dilakukan.
"Ini merupakan promosi sejarah untuk Sumbar. Diharapkan ini menjadi hubungan baik dua negara Indonesia dan China," ujarnya.
Selain itu, ketua DPD SatuPena Sumbar, Sastri Bakry, menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan peningkatan dibidang pendidikan, kebudayaan dan ekonomi.
"Dalam waktu dekat akan dibuat buku tentang Yu Dafu, kalau bisa dikawal ada musium di Padang," tandasnya.
Pada kesempatan tersebut, hadir anak Yu Dafu,yaitu Yu Meilan. Diakuinya, dirinya sangat bangga, dengan seminar tersebut.
"Diharapkan, generasi muda dapat mengenal jejak sejarah Yu Dafu, karena jasadnya di makamkan di Indonesia," ungkapnya.
Dosen Universitas Negeri Padang (UNP) pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS) sejarah Dr.Ernawati, mengatakan, Yu Dafu banyak perhatian dari sastrawan.
"Yu Dafu generasi intelektual. Secara psikologis ia, mempengaruhi perjuangan dan melahirkan propaganda perjuangan. Karya Yu Dafu lebih banyak kepada biografi," imbuhnya.
Selain itu, guru besar Unand, Prof.Dr.Phil.Gusti Asnan, mengatakan, pada tahun 1930 banyak orang Tionghoa, di Payakumbuh.
"Profesi orang Tionghoa pada waktu itu adalah pedagang," ujarnya.
Sekretaris Dinas Pariwisata Hendri Fauzan, memandang jejak penulis Yu Dafu dari segi pariwisata sangatlah bagus. Pasalnya, dapat mendorong destinasi wisata sastra dan memajukan wisata di Sumbar.
"Cuma yang menjadi tantangannya adalah literasi Yu Dafu sangat minim dan ini perlu dikorek kembali agar lebih mendalam," tuturnya.
Sementara, Toako HBT Andreas Sofiandi mengaku senang dengan digelar kegiatan tersebut.
Selain menghadirkan pembicara dalam lokal, juga menghadirkan pembicara dari tirai bambu, serta diskusi bersama para nara sumber.(*)
Editor :Riki Abdillah